Oleh: Ir. Suhariyanto, IPU, ASEAN Eng.
(Pengasuh Majalah Rimba Indonesia)
Saat saya menulis artikel ini, musim kampanye para Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden sedang gencar-gencarnya agar terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029. Tugas yang sangat berat dan rumit menapaki jalan yang terjal – penuh onak dan duri menuju Indonesia Emas – Indonesia Maju pada tahun 2045, genap seabad berdirinya NKRI ini.
Pertanyaan skeptis, apakah itu hanya tinggal sebagai impian atau akan memang benar bisa diwujudkan? Beberapa ancaman dan tantangan yang harus dihadapi, antara lain adalah sebagai berikut:
PERUBAHAN IKLIM
Harian Kompas, Kamis, 30 November 2023, hlm. 1 dan 15 menurunkan berita berjudul Iklim Ekstrem Bebani Warga Miskin Lima Kali Lipat, antara lain:
Nurjanna Joko Trilaksono (dosen program studi meteorologi ITB): El Nino dan IOD positif cenderung membuat curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia berkurang drastis. Sebaliknya La Nina dan IOD negatif cenderung meningkatkan curah hujan. El Nino dan El Nina terjadi di Samudra pasifik. Adapun IOD positif dan negatif berlangsung di Samudra Hindia.
Anomali iklim yang membebeni warga miskin berpotensi terjadi lebih kuat akibat perubahan iklim. Dalam artikel di National Environmental Science Programme milik Pemerintah Australia berjudul: Science Update What Does the Future Hold for El Nino Shouthern Oscillation and the Indian Ocean Dipole: disebutkan, pemanasan global akibat gas rumah kaca akan meningkatkan frekuensi dan intensitas El Nino dan IOD positif berskala ekstrem. Karena itu Nurjanna: pergantian El Nino dan El Nina akan lebih singkat sejalan dengan intensitas anomali iklim yang meningkat. Di sisi lain, anomali iklim ini dapat menimbulkan krisis dan bencana alam yang berdampak langsung pada kelompok masyarakat rentan, yakni warga miskin. Yanuar Nugroho (pendiri Nalar Institut): Perubahan iklim membuat kelompok Masyarakat rentan makin rentan, kelompok ini mesti diutamakan karena paling tidak berdaya tahan. Pencapaian cita-cita Indonesia Emas 2045 bisa tidak terwujud jika pemanasan global mencapai 1,5 derajat celcius. Apalagi, warga miskin dan rentan miskin tidak mendapatkan perlindungan.
Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemen PPN/Bappenas – Maliki: warga Indonesia sensitif terhadap perubahan iklim. Pengentasan warga dari kemiskinan di tengah perubahan iklim dapat dijawab dengan kebijakan perlindungan sosial adaptif sesuai sebaran orang miskin, rentan miskin, serta wilayah rawan bencana. Dia berharap konsep ini dapat diterapkan pada 2025.
KEPENDUDUKAN
Zahid Wahyudi menulis artikel berjudul Persoalan Kependudukan di Titik Kritis, di Harian Kompas, Sabtu, 30 Desember 2023, antara lain mengemukakan sebagai berikut:
Penduduk pada 2045. Fokus pada pembangunan mutu manusia membuat isu tradisional kependudukan jadi kurang terperhatikan. Bagaimana mengendalikan kuantitas penduduk, mengarahkan mobilitas warga, dan data kependudukan akurat sebagai dasar kebijakan pembangunan tak jadi prioritas. Padahal dengan akan beroperasinya Ibukota Nusantara (IKN), hal ini mendorong migrasi penduduk signifikan dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi di Jawa ke IKN di Kalimantan Timur. Belum lagi perpindahan penduduk ke kota-kota penyangga IKN dari berbagai wilayah di Indonesia. Isu migrasi menjadi penting di banyak daerah, karena jadi perebutan sumberdaya antara warga lokal dan pendatang. Migrasi memicu konflik jika tak diantisipasi, karena mempertemukan dua kelompok berlatar belakang agama, budaya, aspirasi, dan kepentingan berbeda. Proram pengendalian penduduk tak bisa diterapkan di semua daerah, karena sebagian provinsi mengalami perlambatan pertumbuhan warga dan lonjakan lansia. Kondisi kependudukan tahun 2045 menantang. Jumlah warga Indonesia yang besar akan diiringi peningkatan mobilitas warga. Hal ini membutuhkan penyiapan sistem dan infrastruktur transportasi aman dan memadai agar tak menjadi sumber stres dan kerugian ekonomi tinggi.
Umur harapan hidup saat lahir pada 2045 diperkirakan 76,37 tahun akibat perbaikan layanan dan teknologi kesehatan. Namun tubuh mereka kian ringkih, karena kondisi genetika serta penyakit tak menular akibat gaya hidup buruk mereka sebelumnya. Di masa itu diperkirakan terjadi transisi epidemilogi. Penyakit infeksi akan bisa dikendalikan dan penyakit degeneratif serta penyakit tak menular akibat gaya hidup akan meningkat. Perawatan lansia akan jadi soal mengingat jaminan sosial milik lansia terbatas dan jumlah anak makin terbatas. Jika mereka tak punya jaminan hari tua atau tabungan memadai, perawatan lansia akan membebani warga dan negara. Situasi ini akan terjadi saat bonus demofrafi selesai (Sudibyo, 2023). Jika penduduk gagal dikelola pada 2024 – 2029, saat puncak bonus demografi mulai berakhir, peluang Indonesia memanfaatkan bonus demografi makin kecil. Pertumbuhan ekonomi tak akan banyak mengungkit kesejahteraan warga, sehingga jebakan negara berpendapatan menengah di depan mata. Potensi bonus demografi tersisa harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Jika gagal, negara dibayang-bayangi bencana demografi yang bisa memicu instabilitas politik. Jadi, meski pembangunan ekonomi penting, jangan melupakan pembangunan manusia.
HILIRISASI
Ahmad Erany Yustika (Guru Besar Universitas Brawijaya, Ekonom Senior INDEF, Kepala Sekretariat Wapres), menulis artikel berjudul Hilirisasi, Distribusi, dan Teritori di Harian Kompas, Rabu, 20 Desember 2023, hlm. 6, antara lain sebagai berikut:
Dani Bodrik (2013) pernah memakai istilah automatic escalator untuk mendeskripsikan kebugaran sektor manufaktur mendongkrak perekonomian.
Secara global seluruh negara yang saat ini dikenal sebagai bangsa maju menggunakan alas sektor industri sebagai titik pijak pembangunan. Lebih menukik lagi, pengalaman di negara maju, sektor industri merupakan tiket mengatasi kemiskinan (dibandingkan dengan sektor pertanian dan sektor jasa). Sektor manufaktur tidak hanya mengangkat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membesarkan pembukaan lapangan pekerjaan.
Masalahnya, sekarang peran sektor manufaktur tinggal 15% terhadap PDB global, turun drastis dari 25% pada decade 1970-an (Sharma, 2022). Jadi, fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga peristiwa jamak di level global. Problemnya, kejadian di Indonesia berlangsung ketika hilirisasi belum menjadi habitus perekonomian.
Pengalaman negara berkembang yang kemudian menjadi negara maju, seperti Korsel dan China, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi di atas 6% selama 10 tahun berturut-turut agar pendapatan melompat. Problem di Indonesia ialah Tingkat efisiensi investasi yang rendah, ditunjukkan oleh incremental capital output ratio (ICOR) yang tinggi. Intinya dibutuhkan modal (investasi) yang besar untuk menghasilkan output (sebagai sumber pertumbuhan ekonomi) yang sama. Jadi, dalam situasi sekarang dibutuhkan rasio investasi sekitar 37% terhadap PDB agar pertumbuhan ekonomi mencapai 6%. Perlu perbaikan ekosistem investasi secara dramatis, termasuk isu kelembagaan (perijinan, perpajakan, logistik, dan pertanahan) serta belanja publik untuk investasi (termasuk riset) (Haskel dan Westlake, 2018). Tanpa kelengkapan perkakas itu amat sulit untuk menerbangkan rasio investasi ke level 37%.
Isu berikutnya adalah memperbaiki ICOR agar menjadi lebih rendah (efisien). Pelajaran berharga dari negara lain yang berhasil adalah memastikan infrastruktur dasar dibenahi terlebih dulu, dan dari sana nantinya kita akan memanen pertumbuhan ekonomi. Pembangunan jalan, listrik, sistem pengairan, bendungan, pelabuhan, dan bandara menjadi alas efisiensi investasi (ICOR). Pilihan pembangunan infrastruktur (termasuk infrastruktur pengetahuan) harus mendahului pengembangan sektoral (misalnya infrastruktur teknologi). AS dan China merupakan contoh negara yang mengamalkan hal itu sehingga laju pertumbuhan ekonomi tinggi pada masa silam. Jika efisiensi investasi tinggi, rasio terhadap PDB cukup dijaga pada level 30 – 35%. Mata rantai inilah yang layak dipahami sehingga kerangka berpikir dan urutan pembangunan ekonomi bisa diselenggarakan secara teknokratis dan sistematis.
Setelah reformasi ekonomi 1997/1998, ketimpangan sempat turun sebentar, tetapi semenjak 2005 – 2014 terus meningkat dengan rasio gini di atas 0,4. Sejak 2005 sampai sekarang, pemerintah berjibaku mengatasi ini, sehingga secara perlahan ketimpangan bisa ditekan dan rasio gini turun menjadi 0,38. Dua selang yang disemprotkan pemerintah meliputi dua kebijakan inti. Pertama, perbaikan penguasaan asset produktif (khususnya lahan) via kebijakan reforma agraria dan perhutanan sosial (RAPS). Kedua, paket kebijakan bantalan sosial yang eksesif untuk menjaga daya beli kelompok yang paling rentan.
Hilirisasi yang bakal diintensifkan ke depan juga punya masalah yang mirip: berpotensi menciptakan distribusi pendapatan yang buruk. Terdapat tiga jalur yang bisa dikerjakan untuk mencegahnya. Pertama, hilirisasi yang padat modal dan bersifat ekstraktif (seperti pertambangan dan perkebunan) sebagian besar dikerjakan oleh BUMN/BUMD. Sektor swasta (asing dan domestik) dapat berpartisipasi jika bekerjasama dengan BUMN/BUMD. Kedua, hilirisasi juga menjamah sektor yang tak terlalu padat modal (seperti pertanian, peternakan, dan perikanan), sehingga kelompok petani dan nelayan Usaha Milik Desa (BUMDes). Ketiga, hilirisasi dikerjakan pada level lokal (seperti kawasan pedesaan) sehingga kerjasama antar pelaku ekonomi kecil (misalnya UMKM) dapat diikhtiarkan. Pemerintah memfasilitasi penuh pendampingan, pendanaan, dan alih daya pengetahuan.
Sampai pada titik ini, latar tersebut bertemu dengan realitas, betapa tipisnya lapis pengusaha kecil dan menengah di Indonesia. Jumlah mereka hanya sekitar 1% dari total usaha. Usaha kecil susah naik kelas menjadi bisnis menengah. Demikian pula bisnis menengah sulit melompat menjadi bisnis besar. Usaha kecil dan menengah belum terpapar kepemilikan asing, bahkan usahanya belum lintas provinsi. Implikasinya, jika gabungan usaha kecil dan menengah mengerjakan investasi hilirisasi (seperti komoditas berbasis pertanian) bukan hanya nilai tambah yang akan meloncat. Hasil dari usaha itu juga akan berputar di sekitar wilayah dalam proporsi yang besar dan dalam jangka waktu yang lama. Adler (2019) menyebut praktik ini dengan istilah collaborative working. Lelaku ini semacam gerakan ekonomi “teritori”. Pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk mengisolasi perekonomian, tetapi lebih ke penekanan pada komunitas dan wilayah lokal. Tentu ini bukan mandat sederhana. Dibutuhkan beragam kerja ideologis dan teknokratis.
a. Memastikan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi secara perlahan dengan jalan menggeser penumpukan pada sekelompok kecil warga ke institusi negara (BUMN/BUMD/BUMDes) dan atau kekuatan ekonomi lokal (koperasi/UMKM).
b. Sumberdaya ekonomi negara dikerahkan untuk menopang gerakan ekonomi baru yang bertumpu pada inovasi dan pelaku ekonomi dalam negeri/lokal (komunitas).
c. Usaha besar (domestik dan luar negeri) tetap punya kavling untuk terlibat dalam gerakan ekonomi ini asalkan menghormati paket kebijakan yang telah dirumuskan.
c. Injeksi pengetahuan kepada para pelaku/institusi ekonomi lokal, maka keadilan dan kesejahteraan akan merayap secara bersamaan.
Harian Kompas, Jumat, 29 Desember 2023, hlm. 10, menurunkan berita berjudul Manufaktur: Hilirisasi masih Terhambat Transformasi Industri, antara lain sebagai berikut:
Hilirisasi yang digenjot Pemerintah Indonesia lima tahun terakhir, khususnya di sektor tambang mineral dinilai sudah menunjukkan hasil positif. Namun program ini belum mampu menggenjot kontribusi industri pengolahan terhadap ekonomi Indonesia.
Rizal Kasli, (Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia – Perhapi) mengatakan, hilirisasi saat ini terutama untuk nikel, sudah mengalami kemajuan. Indonesia sejauh ini masih lebih banyak berinvestasi untuk memberi nilai tambah pada produk tambang nikel. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya smelter nikel di Indonesia, terutama di Sulawesi dan Maluku Utara. Indonesia saat ini sudah menjadi produsen nikel terbesar di dunia dengan tingkat produksi sekitar 1,8 juta ton per tahun.
Menurut data dari Badan Geologi Kementrian ESDM, total sumberdaya nikel Indonesia 17,3 milyar ton dengan jumlah cadangan 5,08 milyar ton. Sumberdaya itu kemudian diolah di 44 smelter lewat pemrosesan nikel dengan pirometalurgi atau ke arah produk stainless steel dengan produk akhir feronikel, nikel matte, dan nikel pig iron (NPI). Sebagian lagi diolah di tiga smelter hidrometalurgi atau ke arah baterai untuk kendaraan listrik. Rizal berpendapat sebaiknya kapasitas pengolahan produk antara menjadi barang jadi dimaksimalkan. Saat ini Indonesia masih banyak mengekspor produk antara ke negara lain untuk diolah menjadi produk jadi, seperti alat kesehatan, alat rumah tangga, alat transportasi seperti pesawat terbang, kapal, kendaraan termasuk kendaraan listrik dan pertahanan. Dengan menjadikan industri produk turunan ini, nilai tambah yang didapat oleh Indonesia akan jauh lebih besar. Bahkan Indonesia akan menjadi negara industri. Ke depan agar Indonesia mampu mentransformasi industrialisasi ini menjadi kekuatan bangsa.
Andry Satryo Nugroho (Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development (INDEF) berpendapat, konsep hilirisasi yang dilakukan pemerintah masih lebih mencolok pada upaya menghentikan ekspor barang mentah dan menarik permodalan untuk membangun industri pengolahannya. Realisasi investasi untuk pengembangan hilirisasi, menurut data Kementrian Investasi, juga mencapai seperempat atau Rp. 266 triliun dari total realisasi investasi di tanah air yang sebesar Rp1.053 triliun, sejak Januari – September 2023. Dari seperempat jumlah itu, mayoritas digunakan untuk membangun smelter nikel (Rp97 triliun) dan tembaga (Rp47,6 triliun). Sayangnya, realisasi investasi itu belum berdampak pada kontribusi industri pengolahan atau manufaktur yang terus merosot 20 tahun terakhir. Pada 2022, industri pengolahan hanya menyumbang 18,3% terhadap PDB. Padahal pada 2004 angkanya masih di kisaran 29%. Sementara itu, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDB nasional terus melejit. Setidaknya, sejak 2020 hingga tahun 2022 terjadi peningkatan hampir dua kali lipat dari 6,44% menjadi 12,22% (data BPS). Jadi pertanyaannya, apa sudah optimal hilirisasi ini, karena kontribusi pengolahan menurun dibandingkan sektor ekstraktif.
Ahmad Heri Firdaus (Peneliti INDEF), menambahkan, hilirisasi yang dikerjakan Indonesia penting untuk memperkuat fundamental perdagangan, seperti hilirisasi nikel yang sejalan dengan strategi transisi ke energi terbarukan dengan perluasan kendaraan listrik. Kita harus mengambil posisi. Ke depan harus jadi supplier (kendaraan listrik) agar posisi di global value chain meningkat. Upaya itu memang tidak lepas dari resistensi pihak eksternal. Sejak Indonesia mengeluarkan larangan ekspor bijih nikel pada 1 Januari 2020, negara-negara pengimpor nikel, seperti Uni Eropa, melawan dengan sikap geopolitiknya. Perlawanan itu berupa penerapan kebijakan non tarif, serta berupa sertifikat ramah lingkungan pada barang ekspor kehutanan dan perkebunan yang biasa dijual ke wilayah Eropa. Persoalan nikel ini bukan hanya bicara soal transisi energi, tetapi juga bagaimana strategi diplomasi, strategi bicara dengan negara-negara mitra perdagangan.
KEMARITIMAN
Rohmin Dahuri (Guru Besar Sumberdaya Lautan, IPB University), menulis artikel berjudul Visi Maritim Indonesia, di Harian Kompas, Rabu, 27 Desember 2023, halm. 7, antara lain sebagai berikut:
Namun, berkat kegigihan perjuangan diplomasi oleh para penerusnya, terutama Prof. Mochtar Kusumaatmadja dan Dr. Hasyim Djalal, deklarasi berisikan konsep negara kepulauan (archipelagic state) itu diterima masyarakat dunia dan akhirnya ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB (United Nation Convention on Law of the Sea/UNCLOS) 1982.
Fakta empiris dan sejarah membuktikan seluruh negara bangsa maju dan makmur mendasarkan platform pembangunannya pada kondisi fisik geografinya, sebagaimana dinyatakan Weber (1960), Issard (1979), dan Porter (2013), bahwa geography is a destiny.
Pembangunan berbasis pesisir dan laut tidak berarti akan melemahkan kegiatan-kegiatan ekonomi di darat (lahan atas), seperti pertanian, kehutanan, kawasan perkotaan, dan industri manufaktur. Justru sebaliknya akan membuat berbagai sektor ekonomi di darat lebih produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan. Dengan platform negara maritim, sektor transportasi laut (armada kapal, pelabuhan, dan industri galangan kapal) serta sistem logistik nasional bakal semakin efisien dan berdaya saing, sehingga dapat menurunkan biaya logistik yang selama ini sangat tinggi (20% PDB) secara signifikan. Lebih dari 85% total barang yang diperdagangkan di dunia selama ini diangkut oleh kapal-kapal melalui laut, wilayah pesisir, kemudian akhirnya ke darat melalui transportasi sungai, darat, dan udara. Neraca transaksi berjalan jasa transportasi laut, yang sejak 1990-an selalu defisit, akan menjadi surplus melalui perbaikan mendasar sektor transportasi laut dan sistem logistik nasional kita. Defisit selama ini terjadi lantaran lebih dari 90% total barang ekspor-impor dan lebih dari 50% total barang yang yang beredar antar pulau (dalam negeri) dikapalkan oleh kapal-kapal asing.
Konektivitas maritim secara fisik dan digital yang menghubungkan pulau-pulau di seluruh wilayah Nusantara mesti terus dikembangkan melalui pengembangan program Tol Laut, armada kapal nasional, pelabuhan, industri galangan kapal, infrastruktur, dan talenta digital.
KERJASAMA ANTAR NEGARA
Harian Kompas, Kamis, 7 Desember 2023, hlm. 9, menurunkan berita Kerjasama antar Negara Ekonomi Terbelah, antara lain sebagai berikut:
a. Dunia yang dulu terkoneksi dalam panggung globalisasi kini semakin terbelah ke dalam kubu-kubu geopolitik dan geoekonomi, khususnya di lingkup perdagagan,investasi, dan keuangan;
b. Kerjasama ekonomi antar negara tidak lagi dibangun berdasarkan efesiensi atau hitung-hitungan paling menguntungkan, tetapi kawan atau lawan. Negara-negara menjadi lebih inward looking atau mengutamakan kepentingan domestiknya. Kebijakan bernuansa proteksionisme dan populisme pun semakin menguat di sejumlah negara.
c. Gelagat dunia yang semakin mengarah ke deglobalisasi itu sebenarnya mulai tampak sejak krisis keuangan global pada tahun 2008, tetapi semakin menjadi-jadi pasca pandemic covid 19, terutama setelah perang Ukraina-Rusia dan Hamas-Israel. Ke depan ketegangan politik global itu diperkirakan akan terus berlanjut dan berpotensi menggeser poros kekuatan dunia.
d. Perdagangan bebas yang semestinya seimbang dan saling menguntungkan, kini menjadi urusan menang kalah, lawan atau kawan. Ini menciptakan dinamika ekonomi yang benar-benar baru. Entah teori yang dulu kita pelajari sudah usang dan perlu diubah, atau cara kita memandang dunia yang memang sudah berubah.
e. Dalam konteks dunia yang berubah cepat dengan aliansi ekonomi baru yang terbentuk itu, Indonesia perlu pintar-pintar mengambil sikap. Apalagi Indonesia sedang berupaya naik kelas dari status negara berpendapatan menengah menjadi negara berpendapatan tinggi. Kalau sudah mengambil posisi, fragmentasi geoekonomi saat ini bisa mempersulit jalan menuju cita-cita tersebut.
f. Sejauh ini Indonesia masih dalam kondisi yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi global. Selain menganut politik luar negeri yang tidak berpihak ke blok manapun, Indonesia juga sedang gencar melakukan hilirisasi sumberdaya alam. Hilirisasi tersebut membuat Indonesia memiliki posisi tawar lebih dalam trend rantai pasok dunia yang saat ini semakin terfragmentasi.
2. Bersikap Pragmatis.
a. Profesor ekonomi dan politik dari Universitas of California, Berkeley, Barry Eichengreen mengatakan, ketegangan AS – China telah membentuk blok-blok ekonomi di sektor perdagangan dan investasi. Tren ini terlihat dari arus investasi langsung ke AS, yang lebih banyak berasal dari negara “kawan” AS seperti Jepang, Kanada, Belanda, Inggris, dan Jerman, bukan lagi China.
Di sektor perdagangan AS juga kini lebih banyak mengimpor produk barang dan jasa dari negara Asia lain di luar China, seperti Thailand, Malaysia, Taiwan, India, Vietnam, Filipina, dan Indonesia. Sejak 2019 sampai 2022, porsi ekspor China ke AS menurun sangat signifikan. Sebaliknya perdagangan antara China dan negara “kawan” yakni Rusia, melonjak ke tingkat tertinggi sejak perang Rusia – Ukraina dimulai pada awal 2022. Pada delapan bulan pertama tahun 2023, perdagangan bilateral antara kedua negara meningkat 32% secara tahunan.
b. Menurut Barry, tanpa perlu berpihak dan terlibat konflik, Indonesia dan Asean masih diuntungkan dengan ketegangan AS – China. Ketika kedua negara adidaya saling mengurangi ketergantungan satu sama lain, mereka beralih mengimpor produk dari Asean atau memindahkan investasinya ke kawasan. Investasi yang keluar dari China mulai lari ke negara-negara Asean termasuk Indonesia. Di perdagangan, Indonesia juga termasuk negara yang mengalami peningkatan terbesar untuk share impor AS dalam empat tahun terakhir.
4. Kepala Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Abdulrachman mengatakan:
a. Di tengah fragmentasi geoekonomi saat ini, Indonesia akan mengambil sikap lebih pragmatis dan mengoptimalkan posisinya yang tidak berkonflik untuk mengisi kekosongan dari sektor hulu sampai hilir dalam rantai pasok global.
b. Meski sejauh ini masih aman dan diuntungkan, pendiri Foreign Policy Community of Indonesia, Dino Patti Djalal mengatakan: Indonesia yang selama ini memainkan politik luar negeri yang bebas aktif dan tidak berpihak tetap harus bersiap menghadapi dunia yang semakin terfragmentasi. Indonesia harus mengambil sikap menentukan arah aliansi ekonominya tanpa perlu menjadi lawan dari blok-blok yang saat ini bertikai.
PENUTUP
Menjadi Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, dan Wakil Rakyat di masa mendatang bukanlah sederhana dan ringan – sangat rumit dan berat. Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti sandang, pangan, papan, air, energi, dan lain-lain tidaklah mungkin diselesaikan secara parsial. Banyak aspek dan dimensi yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Selamat menyambut Pemimpin baru NKRI.