Ir. ROEDJAI DJAKARIA, M.Sc.
Oleh: Ir.Slamet Soedjono, M.B.A.
(Pengasuh Majalah Rimba Indonesia)
Pada hari Minggu siang tanggal 1 Oktober 2024 para Rimbawan di Jakarta dan Bogor dikejutkan dengan adanya berita duka dengan meninggalnya almarhum Bapak Ir. Roedjai Djakaria, M.Sc. di Rumah Sakit tidak lama setelah bermain golf dengan beberapa teman Rimbawan lain dari Jakarta dan Bogor bahkan ada yang dari Yogyakarta. Berita ini dengan cepat menyebar ke beberapa kota di Jawa maupun di luar Jawa. Jenazah almarhum dimakamkan di Bandung tempat kelahirannya pada esok harinya tanggl 2 Oktober 2024. Hampir semua Rimbwan dan kelurganya terkejut mendengar berita ini karena tak pernah mendengar berita sakitnya atau keluhan sakitnya dan bermain golf bagi almarhum adalah suatu hal yang biasa karena telah lama menjadi kesenangannya. Namun akhirnya menyadari bahwa peristiwa itu adalah takdir Allah kapan saja Allah berkehendak memanggil kembali umatnya tak akan bisa mengelak dan tidak pernah tahu kapan serta di mana dipanggilnya. Kita yang ditinggalkan hanya dapat berdoa semoga arwah almarhum kelak mendapat tempat yang mulia di sisiNya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan keikhlasan. Untuk mengenang almarhum di masa hidupnya dan memberikan hormat dan penghargaan atas pengabdiannya serta jasa-jasanya kepada nusa dan bangsa Indonesia akan penulis paparkan secara singkat pada uraian berikut ini.
Roedjai Djakaria dilahirkan di Kampung Manggahang, Kecamatan Cikuray, Bandung suatu kampung berhawa sejuk di kaki Gunung Geulis pegunungan Malabar pada tanggal 7 Juni 1941 dari pasangan orang tua bapak H. Djakaria dan ibu Hj. Rokiah, merupakan anak ke 5 dari 14 saudara kandung. Waktu kecilnya dibesarkan di Kampung Cijeruk, Desa Bojongsoang Kecamatan Buahbatu Bandung. Sekolah Dasar (dulu Sekolah Rakyat VI th.) diselesaikannya di SR Bojongsoang I tahun 1954. Sebagai anak petani di kampung sejak kecil sudah harus membantu kerja orang tua di antaranya ngangon kerbau sehabis pulang sekolah. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuhnya di SMPN 6 Jln. Dulatip Bandung tahun 1957. Lulus SMP dapat nilai-nilai baik hingga bisa diterima di berbagai SLTA di Bandung termasuk SLTA Kejuruan tetapi yang dimasukinya di MA Negeri 3, kebetulan ada kakak yang tinggal di Bandung tetapi tempatnya jauh ditempuh dengan bersepeda memakan waktu 2 jam atau perjalanan jadi pergi-pulang 4 jam sekolahnya pagi/sore hingga kehilangan banyak waktu untuk belajar namun SMAN dapat diselesaikan 1960 (3th). Selanjutnya meneruskan pendidikan di Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Indonesia di Bogor yang pada th 1963 berubah menjadi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kurikulum untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan (Insinyur Kehutanan) waktu itu perlu waktu minimal 5,5 tahun tetapi dalam suasana perekonomian yang sulit dan kerancuan pepolitikan Nasional alhamdulillah dapat menyelesaikannya selama 6 tahun lulus tahun 1966. Setelah beberapa tahun bekerja mendapat kesempatan tugas belajar ke luar negeri yaitu di International Trainning Centre for Aerial Survey and Earth Science Enschede Netherlands dengan meraih gelar Mater of Science tahun 1976. Selama bertugas telah beberapa kali mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Jabatan SEPALA, SEPADYA, SESPA dan Kursus Reguler Angkatan (KRA) XXI LEMHANAS 1988.
Dalam karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil dimulai setelah lulus Sarjana Kehutanan diterima bekerja di Direktorat Jenderal Kehutanan di awal Orde Baru tahun 1966 dengan mendapat tugas sebagai Kepala Seksi di Direktorat Pembinaan Hutan Bogor. Kemudian dipindah ke Direktorat Inventarisasi dan Perencanaan Kehutanan (DITINPEK) diangkat sebagai Kepala Balai Planologi Kehutanan III di Banjarbaru Kalimantan Selatan merangkap Kepala Dinas Kehutanan. Suatu hal yang tak terduga dan membuat hati berbunga-bunga adalah ketika diangkat menjadi Direktur Bina Program Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan yang baru terbentuk tahun 1983, menjadi Pejabat Eselon II termuda. Selepas dari Direktur Bina Program Ditjen PHPA tugasnya dipindahkan menjadi Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan diselingi tugas Diklat SESPA dan KRA LEMHANAS (1989-1991). Berlanjut naik setengah tangga (menjadi pejabat Eselon I b) Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Pola Dasar Pembangunan Kehutanan (1991-1998). Pada tahun 1998 ketika Departemen Kehutanan berubah menjadi Departemen Kehutanan dan Perkebunan setengah anak tangga tersedia lagi menjadi Kepala Badan Planologi Kehutanan (Eselon I a) selanjutnya dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan dan Perkebunan hingga pensiun tahun 2001. Selain menjabat di Pemerintahan pernah ditugaskan sebagai Komisaris dan Komiaris Utama di PT Inhutani III (Persero).
Ada beberapa pengalaman kerja yang mengesankan yang berdampak pada etos kerjanya yaitu:
- Pada waktu menjadi mahasiswa tingkat akhir mendapat tugas dari Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) untuk melakukan survei pangan non beras di daerah Maluku (1965).
- Membantu Bapak Ir. Sambas Wirakusumah, M.Sc. dalam membangun Akademi Ilmu Kehutanan (AIK) Jawa Barat di Bandung.
- Ketika menjabat Kepala Balai Planologi Kehutanan Kalimantan Selatan berhasil menginisiasi, menyelesaikan dan mendapatkan Pengesahan Tata Guna Kesepakatan (TGHK) hanya dalam waktu 3 bulan.
- Ketika ditugasi merangkap jabatan Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan (1982-1983) mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah Proyek Reboisasi dengan Aparat Penegak Hukum.
- Ketika menjabat Direktur Bina Program Ditjen PHPA mempunyai ide dan berinisiatif untuk membangun Pusat Latihan Gajah yang terkenal hingga saat ini.
- Mengambil inisiatif Rapat Kerja Koordinasi Antar Menteri (Kehutanan, Perindustrian, Perdagangan, Pertanian, Pekerjaan Umum, Transmigrasi) yang Steering Committeenya Kepala Biro Perencanaan Kehutanan untuk mencari solusi atas persoalan koordinai internal maupun koordinasi Antar Sektor yang dirasakan sangat sulit.
Setelah pensiun (usia 60 tahun) oleh Yayasan Sarana Wana Jaya diangkat menjadi Komiaris Badan Pengelola Gedung Manggala Wana Bhakti (MWB). Setelah Pengelolaan Gedung MWB diambil alih oleh Departemen Kehutanan diangkat menjadi Anggota Dewan Pembina Yayaan Sarana Wana Jaya hingga akhir hayatnya. Almarhum tidak mempunyai usaha lain, masa pensiunnya banyak digunakan untuk berolahraga, pengajian, silaturahmi, temu kangen, menenngok teman atau keluarga yang sakit, dan kegiatan sosial lainnya. Juga masih sering menghadiri seminar, lokakarya dan simposium.
Prinsip hidupnya adalah bagaimana hidup tidak menyusahkan orang lain dan sebaliknya justru harus berusaha berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Tips yang diampaikan untuk Rimbawan Generasi Penerus Kehutanan adalah :
- Jadikanlah Kehutanan sebagai salah atau unggulan, andalan bahkan sebagai Prime Mover dalam Pembangunan Banga dan Negara karena fungsi dan peranannya yang sangat besar.
- Rimbawan harus kreatif, inovatif, dan berani melangkah lebih dulu atau berada satu langkah di depan sektor lainnya. Untuk itu Rimbawan harus mau dan siap mendengar, mau mengerti, dan mau menghormati serta mau mendalami kebijakan, strategi dan komitmen sektor-sektor lain.
- Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta selalu mengikuti perkembangan lingkungan strategi lokal, regional dan internasional.
- Kuasai berbagai peraturan perundang-undangan yang ada sampai hal-hal detil dan buatlah peraturan yang benar-benar dapat dilaksanakan tidak ngambang dan multi tafsir .
Di saat meninggalnya almarhum meninggalkan keluarga seorang isteri (E. Popon Supiati), 4 anak laki-laki (Riyo Supriatna, Prie Supriadi, Torry Supriori,dan Bonik Suprioni), 8 cucu( Mulki Mantasya,Mohammad Jovian, Ajrya Lutfi, Riza Fajri, Mohammad Farras, Keisya, Rachelia Naira, dan Nayara Quinet)
Selamat jalan menghadap Illahi.
Foto: Bapak Ir. H. Roedjai Djakaria, M.Sc. bersama istri.